RUANG LINGKUP DAN CABANG-CABANG KAJIAN FILSAFAT
Makalah Filsafat Ilmu ini
disusun untuk memenuhi tugas dan
dipresentasikan dalam
seminar kelas
dengan dosen pengampu As’ari, M. Pd. I.
Oleh: Ika Hasmiana & Handayani Sasmianti
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU RAUDALATUL
ATHFAL (PGRA)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH NAHDLATUL ULAMA (STITNU)
AL-MAHSUNI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Terdapat beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk
memahami, mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan
tersebut adalah filsafat, ilmu pengetahuan, seni dan agama.
Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat
ilmu. Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah
dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan
ilmiah itu sendiri.[1]
Ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai
keseluruhan pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas
“sifat pengetahuan ilmiah”. Yang kedua, yaitu menelaah “cara-cara mengusahakan
pengetahuan ilmiah”. Dengan mengetahui ruang lingkup dari filsafat ilmu, maka
dapat diketahui pula pengelompokan dari filsafat ilmu itu sendiri, filsafat
ilmu dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu filsafat ilmu umum, dan filsafat
ilmu khusus. Dan filsafat ilmu dapat pula dikelompokkan berdasarkan model
pendekatannya, yaitu filsafat ilmu terapan, dan filsafat ilmu murni.[2]
Dengan adanya filsafat ilmu, maka filsafat ilmu mempunyai
wilayah lebih luas dan perhatian lebih trasenden daripada ilmu-ilmu. Maka dari
itu filsafat pun mempunyai wilayah lebih luas daripada penyelidikan tentang
cara kerja ilmu-ilmu. Filsafat ilmu bertugas meneliti hakikat ilmu. Diantaranya
paham tentang kepastian, kebenaran dan objektivitas.
Konsep dasar filsafat ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan,
tujuan dan fungsi serta kaitannya dengan implementasi kehidupan sehari-hari.
Berikutnya dibahas pula tentang karakteristik filsafat, ilmu dan pendidikan
serta jalinan fungsional antara ilmu, filsafat dan agama. Pembahasan filsafat
ilmu juga mencakup sistematika, permasalahan, keragaman pendekatan dan
paradigma (pola pikir) dalam pengkajian dan pengembangan ilmu dan dimensi
ontologis, epistomologis dan aksiologis. Selanjutnya dikaji mengenai makna,
implikasi dan implementasi filsafat ilmu sebagai landasan dalam rangka
pengembangan keilmuan dan kependidikan dengan penggunaan alternatif metodologi
penelitian, baik pendekatan kuantitatif dan kualitatif, maupun perpaduan
kedua-duanya.
Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling
terkait, baik secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak
lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa
Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris.
Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya
hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana
perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos maupun
mikrokosmos. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya
berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan
sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari
segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama,
yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu menurut Jujun
Suriasumantri merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan
yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Dalam pokok
bahasan ini akan diuraika pengertian filsafat ilmu, dan obyek yang menjadi
cakupannya.[3]
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat ditarik beberapa
rumusan masalah yang menjadi pembahasan kita yaitu :
1.
Bagaimana ruang lingkup
dari filsafat ilmu?
2.
Bagaimana cabang-cabang
dan objek dari filsafat ilmu?
3.
Bagaimana hubungan dari
filsafat ilmu dengan cabang filsafat lain?
4.
Bagaimana problema dari
filsafat ilmu?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Menjelaskan ruang
lingkup dari filsafat ilmu.
2.
Menjelaskan
cabang-cabang dan objek dari filsafat ilmu.
3.
Menjelaskan hubungan
dari filsafat ilmu dengan cabang filsafat lain.
4.
Menjelaskan problema
dari filsafat ilmu.
D.
Manfaat
Penulisan
Penulisan dari setiap makalah tentu ingin mendapatkan
manfaat/faidah sehingga bermanfaat bagi para pembaca diantaranya:
1.
Bagi pembaca, supaya
dapat memahami mengenai ruang lingkup filsafat ilmu sebagai sarana pengujian
penalaran ilmiah, sehingga mampu menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah,
sehingga dapat memahami pendasaran logis mengenai metode keilmuan yang telah
dijelaskan oleh penulis.
2.
Bagi penulis, supaya
dapat menjelaskan ruang lingkup filsafat ilmu sebagai sarana pengujian
penalaran ilmiah, sehingga mampu menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Serta
dapat memberikan pendasaran logis mengenai metode keilmuan.
3.
Bagi masyarakat umum,
supaya dapat mengerti dan memahami serta diharapkan dapat mempelajari ruang
lingkup filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga mampu
menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
a)
Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu; philosophy, adapun
istilah filsafat berasal dari bahasa yunani; philosophia, dengan
terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau phillia
(persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (‘hikmah’,
kebijaksanaan, intelegensi). Jadi,
secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love
of wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab
disebut failasuf.
Harun Nasution berpendapat bahwa istilah filsafat berasal
dari bahasa Arab Karena orang Arab lebih dulu datang dan sekaligus mempengaruhi bahasa Indonesia daripada orang dari bahasa
Inggris. Oleh karena itu, dia konsisten menggunakan
kata falsafat, bukan filsafat. Buku-buku mengenai “filsafat” ditulis
dengan falsafat, seperti Falsafah Agama dan Falsafah dan
Mistisisme dalam Islam.[4]
Kendati istilah filsafah yang lebih tepat
adalah falsafah yang berasal dari bahasa Arab. Kata falsafah
sebenarnya bisa diterima dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebagian kata Arab yang
di Indonesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalny, seperti Masjid menjadi Mesjid dan Karamah menjadi Keramat.
Oleh Karena itu, perubahan huruf a menjadi huruf I dalam
kata falasafah bisa ditolerir. Lagi
pula, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan
pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyeledikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut
kalangan filosof adalah:
1)
Upaya spekulasi untuk
menyajikan suatu pandangan sistematik seta lengkap tentang realitas.
2)
Upaya untuk melukiskan
hakikat realitas akhit dan dasar serta nyata.
3)
Upaya untuk menentukan
batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan
nilainya.
4)
Penyeldikan kritis atas
pengadaian-pengadaian dan penyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai
bidang pengetahuan.
5)
Disiplin ilmu yang
berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakana dan untuk
mengatakan apa yang Anda lihat.
b)
Ruang Lingkup Filsafat
Ilmu
Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM menjelaskan bahwa ada
beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah, dan
menghayati dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah
filsafat, ilmu pengetahuan, seni dan agama.[5]
Menurut Surajiyo, menjelaskan bahwa terdapat cabang filsafat
yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Tujuannya
adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana
pengetahuan ilmiah itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan
tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya.
Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory of science (teori
ilmu), metascience (Adi-Ilmu), science of
science (ilmu tentang ilmu).[6]
Ruang lingkup filsafat
ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada dasarnya mencakup dua pokok
bahasan, yaitu: pertama, membahas “sifat pengetahuan ilmiah”. Yang kedua, yaitu
menelaah “cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah”.
Pada pokok bahasan pertama, filsafat ilmu berhubungan erat dengan filsafat
pengetahuan atau epistemologi, yang merupakan bidang kajian filsafat yang
secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengetahuan manusia.
Pada pokok bahasan yang kedua, yaitu terkait dengan pokok soal “cara-cara
mengusahakan pengetahuan ilmiah”, filsafat ilmu erat hubungannya dengan logika
dan metodologi, dan dalam hal ini kadang-kadang filsafat ilmu dijumbuhkan
pengertiannya dengan metodologi. Jadi, menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM
menjelaskan bahwa filsafat ilmu adalah penyelidikan filosofis tentang ciri-ciri
pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain filsafat
ilmu sesungguhnya merupakan penyelidikan lanjutan.[7]
B.
Pengelompokan
Filsafat Ilmu
Menurut Surajiyo menyebutkan bahwa filsafat ilmu dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a)
Filsafat ilmu dalam
arti luas;
Menampung permasalahan yang menyangkut hubungan ke luar dari
kegiatan ilmiah, seperti:
1)
Implikasi
ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah;
2) Tata
susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu;
3) Konsekuensi
pragmatik-etik penyelenggara ilmu dan sebagainya.
b)
Filsafat ilmu dalam
arti sempit.
Menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke
dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan
ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.[8]
C.
Cabang dan Objek Filsafat Ilmu
a)
Cabang Filsafat Ilmu
Jika kita mengamati karya-karya besar filsuf, seperti
Aristoteles (384-322SM) dan Immanuel Kant (1724-1804), ada tiga tema besar yang
menjadi fokus kajian dalam karya-karya mereka, yakni kenyataan, nilai, dan
pengetahuan. Ketiga tema besar tersebut masing-masing dikaji dalam tiga cabang
besar filsafat. Kenyataan merupakan bidang kajian metafisika (ontologi), nilai
adalah bidang kajian aksiologi, dan pengetahuan merupakan bidang kajian
epistemologi.[9]
1.
Ontologi
Dalam
kamus besar bahasa indonesia diterjemahkan makna dari ontologi itu sendiri
yaitu cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup. Lebih
spesifik dalam kuliah prof noeng menjelaskan bahwa ontologi itu lebih
menjelaskan tentang ada, tentang objek atau esensi keberadaan sesuatu. Objek
yang menjadi kajian dalam ontologi tersebut adalah realita yang ada dan dalam
ontologi adalah studi tentang yang ada yang universal, dengan mencari pemikiran
semesta universal. Ontologo berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap
kenyataan atau menjelaskan yang ada dalam setiap bentuknya.
2.
Epistimologi
Dalam
kamus besar bahasa indonesia diterjemahkn makna dari epistemologi adalah cabang
dari ilmu filsafat tentang dasar-dasar dan batasan-batasan pengtahuan.lebih
spesifik dijelaskan bahwa bagaimana kebenaran didapatkan oleh manusia dalam hai
ini cara menangkap keberadaan sesuatu dan mengetahui adanya.
3.
Axiologi
Dalam
kamus besar bahasa indonesia diterjemahkan makna dari axiologi tersebut adalah
kegunaan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia atau kajian tentang nilai
khususnya etika. Lebih spesifik makna dari axiologi itu adalah tentang nilai
dari adanya sesuatu tersebut. Axiologi itu sendiri terdiri dari 2 cabang ilmu
lain yaitu estetika dan etika.
a.
Estetika berhubungan dengan akal,
persepsi dan apresiasikeindahan.
Hai ini luas dan meliputi segala sesuatu yang
berhubungan dengan apresiasi seni dan budaya.
b.
Etika berkaitan dengan moralitas
dan nilai-nilai.
Etika berusaha untuk memahami dasar moral,
perkembangannya dan bagaimana harus diikuti.
b)
Objek Filsafat Ilmu
Menurut Surajiyo menjelaskan bahwa filsafat ilmu sebagaimana
halnya dengan bidang-bidang ilmu yang lain, juga memiliki objek material dan
objek formal tersendiri:
a)
Objek material
filsafat ilmu;
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran
penyelidikan oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu.
objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.[10]
b)
Objek formal filsafat
ilmu.
Objek formal adalah sudut pandang darimana sang subjek
menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi)
ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap
problem mendasar ilmu pengetahuan. Problem-problem yang dibicarakan dalam
landasan pengembangan ilmu pengetahuan, yakni landasan ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.
Landasan ontologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak
penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang
dimiliki oleh seorang ilmuwan. Sikap atau pendirian filosofis secara garis
besar dapat dibedakan ke dalam dua mainstream, aliran besar yaitu
materialisme (pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada
hal yang nyata selain materi) dan spiritualisme (pandangan metafisika yang
menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi dan mendasari
seluruh alam).
Landasan epistemologis perkembangan ilmu, artinya titik
tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam
memperoleh kebenaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah metode ilmiah.
Landasan aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis
yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan
nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Dengan demikian suatu aktifitas ilmiah
senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, ideologi yang dianut oleh masyarakat
atau bangsa, tempat ilmu itu dikembangkan.[11]
D.
Hubungan
Filsafat Ilmu dengan Cabang Filsafat Lain
Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, menyatakan bahwa
filsafat ilmu bersinggungan dengan bagian-bagian filsafat sistematik lainnya,
seperti ontologi (ciri-ciri susunan kenyataan), filsafat pengetahuan (hakikat
serta otensitas pengetahuan), logika (penyimpulan yang benar), metodologi
(konsep metode), dan filsafat kesusilaan (nilai-nilai serta tanggungjawab).[12]
Pertama, Ontologi adalah cabang filsafat yang mempersoalkan
masalah “ada”. Filsafat ilmu dalam telaahnya terhadap ilmu akan menyelidiki
landasan ontologis dari suatu ilmu. Landasan ontologis ilmu dapat dicari dengan
menanyakan apa asumsi ilmu terhadap objek materi maupun objek formal, apakah
objek bersifat phisik ataukah bersifat kejiwaan.
Kedua, Epistemologi adalah teori tentang pengetahuan. Dalam
epistemologi yang dibahas adalah objek pengetahuan, sumber dan alat untuk
memperoleh pengetahuan, kesadaran dan metode, validitas pengetahuan, dan
kebenaran pengetahuan. Epistemologi berkaitan dengan pemilahan dan kesesuaian
antara realisme atas pengetahuan yakni, tentang proposisi, konsep-konsep,
kepercayaan, dan sebagainya.
Ketiga, Logika adalah cabang filsafat yang persoalannya
begitu luas dan rumit, namun ia berkisar pada persoalan penyimpulan, khususnya
berkenaan dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang absah. Penyimpulan
yaitu proses penalaran guna mendapat pengertian baru dari satu atau lebih
proposisi yang diterima sebagai benar, dan kebenaran dari kesimpulan itu
diyakini terkandung dalam kebenaran proposisi yang belakangan.
Keempat, Metodologi yaitu berkaitan dengan suatu konsep metode.
Fungsi metodologi yaitu menguji metode yang dipergunakan untuk menghasilkan
pengetahuan yang valid. Metodologi meletakkan prosedur yang dipergunakan untuk
menguji proposisi. Prosedur ini dijastifikasi maknanya dengan argumen
filosofis.
Kelima, Etika yaitu cabang filsafat yang mempersoalkan baik
dan buruk. Dalam kaitannya dengan ilmu
yaitu berkaitan dengan tujuan ilmu, tanggung jawab ilmu terhadap masyarakat.
Hubungan filsafat ilmu dengan etika dapat mengarahkan ilmu agar tidak
mencelakakan manusia, melainkan membimbing ilmu agar dapat menjadi sarana
mensejahterakan manusia.[13]
E.
Problema
Filsafat Ilmu
Menurut Surajiyo, menyatakan bahwa banyak sekali pendapat
para filsuf ilmu mengenai kelompok atau perincian problem apa saja yang
diperbincangkan dalam filsafat ilmu. Berikut ini gambaran problem filsafat ilmu
dari beberapa filsuf ilmu.
a)
B. Van Fraassen dan
H. Margenau;
Menurut kedua ahli ini problem utama dalam filsafat ilmu
setelah tahun-tahun enam puluhan adalah:
1)
Metodologi;
Hal-hal yang banyak diperbincangkan ialah mengenai sifat
dasar dari penjelasan ilmiah, logika penemuan, teori probabilitas, dan teori
pengukuran.
2)
Landasan ilmu-ilmu;
Ilmu-ilmu empiris hendaknya melakukan penelitian mengenai
landasannya dan mencapai sukses seperti halnya landasan matematika.[14]
3)
Ontologi.
Persoalan utama yang diperbincangkan ialah menyangkut konsep
substansi, proses, waktu, ruang, kausalitas, hubungan budi dan materi, serta
status dari entitas teoretis.[15]
b)
Victor Lenzen;
Filsuf ini mengajukan dua problem:
1)
Struktur ilmu, yaitu
metode dan bentuk pengetahuan ilmiah;
2)
Pentingnya ilmu bagi
praktik dan pengetahuan tentang realitas.
c)
The
Liang Gie.
Berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari
filsafat seumumnya, problem dalam filsafat ilmu secara sistematis juga dapat
digolongkan menjadi enam kelompok sesuai dengan cabang pokok filsafat. Dengan
demikian, seluruh problem dalam filsafat ilmu dapat diterbitkan menjadi:
1)
Problem epistemologis
tentang ilmu;
2) Problem
metafisis tentang ilmu;
3) Problem
metodologis tentang ilmu;
4) Problem
logis tentang ilmu;
5)
Problem etis tentang
ilmu;
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berpikir filsafati berarti berpikir untuk menemukan
kebenaran secara tuntas. Analisis filsafati tentang hakekat ilmu harus ditekankan
kepada upaya keilmuan dalam mencari kebenaran, yang selanjutnya terkait secara
erat dengan dengan aspek-aspek moral, seperti kejujuran.
Dengan mengetahui ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang
filsafat sebagai keseluruhan pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu:
pertama, membahas “sifat pengetahuan ilmiah”. Yang kedua, yaitu menelaah
“cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah”.
Sehingga filsafat ilmu mempunyai wilayah lebih luas dan
perhatian lebih transenden daripada ilmu-ilmu. Maka dari itu filsafat pun
mempunyai wilayah lebih luas daripada penyelidikan tentang cara kerja
ilmu-ilmu. Filsafat ilmu bertugas meneliti hakekat ilmu. Diantaranya paham
tentang kepastian, kebenaran, dan objektifitas.
Filsafat ilmu harus merupakan pengetahuan tentang ilmu yang
didekati secara filsafati dengan tujuan untuk lebih memfungsionalkan wujud
keilmuan baik secara moral, intelektual, maupun sosial. filsafat ilmu
bersinggungan dengan bagian-bagian filsafat sistematik lainnya, seperti
ontologi (ciri-ciri susunan kenyataan), filsafat pengetahuan (hakikat serta
otensitas pengetahuan), logika (penyimpulan yang benar), metodologi (konsep
metode), dan filsafat kesusilaan (nilai-nilai serta tanggungjawab).
B.
Saran
1.
Seseorang yang
mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang
ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuwan memiliki landasan
berpijak yang kuat. Ini berarti ilmuwan sosial perlu mempelajari ilmu-ilmu
kealaman secara garis besar, demikian pula seorang ahli ilmu kealaman perlu
memahami dan mengetahui secara garis besar tentang ilmu-ilmu sosial.
2.
Seorang ilmuwan
diharapkan sadar agar tidak terjebak ke dalam pola piker “menara gading”, yakni
hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang
ada di luar dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Halim,
Abdul. 2001. Teologi Islam Rasional, Apresiasi Terhadap Wacana dan
Praksis Harun Nasution. Ciputat. Jakarta.
https://salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu/
Melsen,
Van. 1985. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita Terjemahan K.
Bertens, Judul Asli Wetenschap en Verantwoordelijkkheid. Jakarta:
Gramedia.
Mustansyir,
Rizal dkk. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surajiyo.
2013. Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Suriasumantri,
Jujun S. 2013. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
The
Liang Gie. 2000. Pengantar Filsafat Ilmu Edisi Kedua Cetakan Kelima
(Diperbarui). Yogyakarta: Liberty.
[1] Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar
Filsafat, (Jakarta: Aditama:2009) hal.128
[2]
https://salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu/diakses
jumat, 1 April 2016
[3] Jujun S.
Suriasumantri, Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 2013), hal.273
[4]
Abdul Halim, Teologi
Islam Rasional, Apresiasi Terhadap Wacana dan Praksis Harun Nasution. (Ciputat.
Jakarta. 2001), hal. 19
[5] Tim Dosen
Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan,
(Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007) hal. 17
[6]
Surajiyo, Filsafat
Ilmu & Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
hal. 45
[7]
Tim Dosen Filsafat
Ilmu UGM, hal. 44
[8]
Surajiyo, Filsafat
Ilmu & Perkembangannya di Indonesia,…, hal. 46
[9]
Dr. Zainal Abidin, Pengantar
Filsafat Barat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Hal.24
[10]
Surajiyo, Filsafat
Ilmu & Perkembangannya di Indonesia,…, hal. 47
[11]
Rizal Mustansyir,
dkk, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal. 15
[12]
Tim Dosen Filsafat
Ilmu UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta, 2007) hal. 53
[13]
Van Melsen,
Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita Terjemahan K. Bertens, Judul
Asli Wetenschap en Verantwoordelijkkhei, (Jakarta: Gramedia, 1985), hal.
123-4
[14]
Surajiyo, Filsafat
Ilmu & Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
hal. 50-51
[15]
The Liang Gie, Pengantar
Filsafat Ilmu (Diperbarui), (Yogyakarta: Liberty, 2000), hal. 78-79
Tidak ada komentar:
Posting Komentar