Jumat, 10 Juni 2016

RUANG LINGKUP DAN CABANG-CABANG KAJIAN FILSAFAT

RUANG LINGKUP DAN CABANG-CABANG KAJIAN FILSAFAT
Makalah Filsafat Ilmu ini disusun untuk memenuhi tugas dan
dipresentasikan dalam seminar kelas
dengan dosen pengampu As’ari, M. Pd. I.

Oleh: Ika Hasmiana & Handayani Sasmianti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU RAUDALATUL ATHFAL (PGRA)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH NAHDLATUL ULAMA (STITNU) AL-MAHSUNI

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Terdapat beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah filsafat, ilmu pengetahuan, seni dan agama.
Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.[1]
 


Ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas “sifat pengetahuan ilmiah”. Yang kedua, yaitu menelaah “cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah”. Dengan mengetahui ruang lingkup dari filsafat ilmu, maka dapat diketahui pula pengelompokan dari filsafat ilmu itu sendiri, filsafat ilmu dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu filsafat ilmu umum, dan filsafat ilmu khusus. Dan filsafat ilmu dapat pula dikelompokkan berdasarkan model pendekatannya, yaitu filsafat ilmu terapan, dan filsafat ilmu murni.[2]
Dengan adanya filsafat ilmu, maka filsafat ilmu mempunyai wilayah lebih luas dan perhatian lebih trasenden daripada ilmu-ilmu. Maka dari itu filsafat pun mempunyai wilayah lebih luas daripada penyelidikan tentang cara kerja ilmu-ilmu. Filsafat ilmu bertugas meneliti hakikat ilmu. Diantaranya paham tentang kepastian, kebenaran dan objektivitas.
Konsep dasar filsafat ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan fungsi serta kaitannya dengan implementasi kehidupan sehari-hari. Berikutnya dibahas pula tentang karakteristik filsafat, ilmu dan pendidikan serta jalinan fungsional antara ilmu, filsafat dan agama. Pembahasan filsafat ilmu juga mencakup sistematika, permasalahan, keragaman pendekatan dan paradigma (pola pikir) dalam pengkajian dan pengembangan ilmu dan dimensi ontologis, epistomologis dan aksiologis. Selanjutnya dikaji mengenai makna, implikasi dan implementasi filsafat ilmu sebagai landasan dalam rangka pengembangan keilmuan dan kependidikan dengan penggunaan alternatif metodologi penelitian, baik pendekatan kuantitatif dan kualitatif, maupun perpaduan kedua-duanya.
Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos maupun mikrokosmos. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu menurut Jujun Suriasumantri merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Dalam pokok bahasan ini akan diuraika pengertian filsafat ilmu, dan obyek yang menjadi cakupannya.[3]

B.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang menjadi pembahasan kita yaitu :
1.       Bagaimana ruang lingkup dari filsafat ilmu?
2.      Bagaimana cabang-cabang dan objek dari filsafat ilmu?
3.      Bagaimana hubungan dari filsafat ilmu dengan cabang filsafat lain?
4.      Bagaimana problema dari filsafat ilmu?

C.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.       Menjelaskan ruang lingkup dari filsafat ilmu.
2.      Menjelaskan cabang-cabang dan objek dari filsafat ilmu.
3.      Menjelaskan hubungan dari filsafat ilmu dengan cabang filsafat lain.
4.      Menjelaskan problema dari filsafat ilmu.

D.     Manfaat Penulisan
Penulisan dari setiap makalah tentu ingin mendapatkan manfaat/faidah sehingga bermanfaat bagi para pembaca diantaranya:
1.    Bagi pembaca, supaya dapat memahami mengenai ruang lingkup filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga mampu menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah, sehingga dapat memahami pendasaran logis mengenai metode keilmuan yang telah dijelaskan oleh penulis.
2.   Bagi penulis, supaya dapat menjelaskan ruang lingkup filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga mampu menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Serta dapat memberikan pendasaran logis mengenai metode keilmuan.
3.   Bagi masyarakat umum, supaya dapat mengerti dan memahami serta diharapkan dapat mempelajari ruang lingkup filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga mampu menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.  


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
a)     Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu;  philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa yunani; philosophia, dengan terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau phillia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (‘hikmah’, kebijaksanaan, intelegensi).  Jadi, secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Harun Nasution berpendapat bahwa istilah filsafat berasal dari bahasa Arab Karena orang Arab lebih dulu datang dan sekaligus mempengaruhi  bahasa Indonesia daripada orang dari bahasa Inggris. Oleh karena itu, dia konsisten menggunakan kata falsafat, bukan filsafat. Buku-buku mengenai “filsafat” ditulis dengan falsafat, seperti Falsafah Agama dan Falsafah dan Mistisisme dalam Islam.[4]
Kendati istilah filsafah yang lebih tepat adalah falsafah yang berasal dari bahasa Arab. Kata falsafah sebenarnya bisa diterima dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebagian kata Arab yang di Indonesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalny, seperti Masjid menjadi Mesjid dan Karamah menjadi Keramat. Oleh Karena itu, perubahan huruf a menjadi huruf I dalam kata falasafah bisa ditolerir.  Lagi pula, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyeledikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah:
1)        Upaya spekulasi untuk menyajikan suatu pandangan sistematik seta lengkap tentang realitas.
2)       Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhit dan dasar serta nyata.
3)       Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
4)       Penyeldikan kritis atas pengadaian-pengadaian dan penyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
5)       Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakana dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat.
b)     Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM menjelaskan bahwa ada beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah filsafat, ilmu pengetahuan, seni dan agama.[5]
Menurut Surajiyo, menjelaskan bahwa terdapat cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Tujuannya adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri. Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory of science (teori ilmu), metascience (Adi-Ilmu), science of science (ilmu tentang ilmu).[6]
Ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas “sifat pengetahuan ilmiah”. Yang kedua, yaitu menelaah “cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah”. Pada pokok bahasan pertama, filsafat ilmu berhubungan erat dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi, yang merupakan bidang kajian filsafat yang secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengetahuan manusia. Pada pokok bahasan yang kedua, yaitu terkait dengan pokok soal “cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah”, filsafat ilmu erat hubungannya dengan logika dan metodologi, dan dalam hal ini kadang-kadang filsafat ilmu dijumbuhkan pengertiannya dengan metodologi. Jadi, menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM menjelaskan bahwa filsafat ilmu adalah penyelidikan filosofis tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain filsafat ilmu sesungguhnya merupakan penyelidikan lanjutan.[7]

B.    Pengelompokan Filsafat Ilmu
Menurut Surajiyo menyebutkan bahwa filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a)        Filsafat ilmu dalam arti luas;
Menampung permasalahan yang menyangkut hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah, seperti:
1)   Implikasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah;
2)  Tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu;
3)  Konsekuensi pragmatik-etik penyelenggara ilmu dan sebagainya.
b)       Filsafat ilmu dalam arti sempit.
Menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.[8]

C.    Cabang  dan Objek Filsafat Ilmu
a)     Cabang Filsafat Ilmu
Jika kita mengamati karya-karya besar filsuf, seperti Aristoteles (384-322SM) dan Immanuel Kant (1724-1804), ada tiga tema besar yang menjadi fokus kajian dalam karya-karya mereka, yakni kenyataan, nilai, dan pengetahuan. Ketiga tema besar tersebut masing-masing dikaji dalam tiga cabang besar filsafat. Kenyataan merupakan bidang kajian metafisika (ontologi), nilai adalah bidang kajian aksiologi, dan pengetahuan merupakan bidang kajian epistemologi.[9]
1.        Ontologi
Dalam kamus besar bahasa indonesia diterjemahkan makna dari ontologi itu sendiri yaitu cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup. Lebih spesifik dalam kuliah prof noeng menjelaskan bahwa ontologi itu lebih menjelaskan tentang ada, tentang objek atau esensi keberadaan sesuatu. Objek yang menjadi kajian dalam ontologi tersebut adalah realita yang ada dan dalam ontologi adalah studi tentang yang ada yang universal, dengan mencari pemikiran semesta universal. Ontologo berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan atau menjelaskan yang ada dalam setiap bentuknya.
2.       Epistimologi
Dalam kamus besar bahasa indonesia diterjemahkn makna dari epistemologi adalah cabang dari ilmu filsafat tentang dasar-dasar dan batasan-batasan pengtahuan.lebih spesifik dijelaskan bahwa bagaimana kebenaran didapatkan oleh manusia dalam hai ini cara menangkap keberadaan sesuatu dan mengetahui adanya.
3.        Axiologi
Dalam kamus besar bahasa indonesia diterjemahkan makna dari axiologi tersebut adalah kegunaan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia atau kajian tentang nilai khususnya etika. Lebih spesifik makna dari axiologi itu adalah tentang nilai dari adanya sesuatu tersebut. Axiologi itu sendiri terdiri dari 2 cabang ilmu lain yaitu estetika dan etika.
a.        Estetika berhubungan dengan akal, persepsi dan apresiasikeindahan.
Hai ini luas dan meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan apresiasi seni dan budaya.
b.        Etika berkaitan dengan moralitas dan nilai-nilai.
Etika berusaha untuk memahami dasar moral, perkembangannya dan bagaimana harus diikuti.
b)     Objek Filsafat Ilmu
Menurut Surajiyo menjelaskan bahwa filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu yang lain, juga memiliki objek material dan objek formal tersendiri:
a)       Objek material filsafat ilmu;
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu. objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.[10]
b)       Objek formal filsafat ilmu.
Objek formal adalah sudut pandang darimana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan. Problem-problem yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan, yakni landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Landasan ontologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang ilmuwan. Sikap atau pendirian filosofis secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua mainstream, aliran besar yaitu materialisme (pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi) dan spiritualisme (pandangan metafisika yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam).
Landasan epistemologis perkembangan ilmu, artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah metode ilmiah.
Landasan aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Dengan demikian suatu aktifitas ilmiah senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, ideologi yang dianut oleh masyarakat atau bangsa, tempat ilmu itu dikembangkan.[11]



D.   Hubungan Filsafat Ilmu dengan Cabang Filsafat Lain
Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, menyatakan bahwa filsafat ilmu bersinggungan dengan bagian-bagian filsafat sistematik lainnya, seperti ontologi (ciri-ciri susunan kenyataan), filsafat pengetahuan (hakikat serta otensitas pengetahuan), logika (penyimpulan yang benar), metodologi (konsep metode), dan filsafat kesusilaan (nilai-nilai serta tanggungjawab).[12]
Pertama, Ontologi adalah cabang filsafat yang mempersoalkan masalah “ada”. Filsafat ilmu dalam telaahnya terhadap ilmu akan menyelidiki landasan ontologis dari suatu ilmu. Landasan ontologis ilmu dapat dicari dengan menanyakan apa asumsi ilmu terhadap objek materi maupun objek formal, apakah objek bersifat phisik ataukah bersifat kejiwaan.
Kedua, Epistemologi adalah teori tentang pengetahuan. Dalam epistemologi yang dibahas adalah objek pengetahuan, sumber dan alat untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan metode, validitas pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan. Epistemologi berkaitan dengan pemilahan dan kesesuaian antara realisme atas pengetahuan yakni, tentang proposisi, konsep-konsep, kepercayaan, dan sebagainya.
Ketiga, Logika adalah cabang filsafat yang persoalannya begitu luas dan rumit, namun ia berkisar pada persoalan penyimpulan, khususnya berkenaan dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang absah. Penyimpulan yaitu proses penalaran guna mendapat pengertian baru dari satu atau lebih proposisi yang diterima sebagai benar, dan kebenaran dari kesimpulan itu diyakini terkandung dalam kebenaran proposisi yang belakangan.
Keempat, Metodologi yaitu berkaitan dengan suatu konsep metode. Fungsi metodologi yaitu menguji metode yang dipergunakan untuk menghasilkan pengetahuan yang valid. Metodologi meletakkan prosedur yang dipergunakan untuk menguji proposisi. Prosedur ini dijastifikasi maknanya dengan argumen filosofis.
Kelima, Etika yaitu cabang filsafat yang mempersoalkan baik dan buruk.  Dalam kaitannya dengan ilmu yaitu berkaitan dengan tujuan ilmu, tanggung jawab ilmu terhadap masyarakat. Hubungan filsafat ilmu dengan etika dapat mengarahkan ilmu agar tidak mencelakakan manusia, melainkan membimbing ilmu agar dapat menjadi sarana mensejahterakan manusia.[13]

E.    Problema Filsafat Ilmu
Menurut Surajiyo, menyatakan bahwa banyak sekali pendapat para filsuf ilmu mengenai kelompok atau perincian problem apa saja yang diperbincangkan dalam filsafat ilmu. Berikut ini gambaran problem filsafat ilmu dari beberapa filsuf ilmu.
a)        B. Van Fraassen dan H. Margenau;
Menurut kedua ahli ini problem utama dalam filsafat ilmu setelah tahun-tahun enam puluhan adalah:
1)        Metodologi;
Hal-hal yang banyak diperbincangkan ialah mengenai sifat dasar dari penjelasan ilmiah, logika penemuan, teori probabilitas, dan teori pengukuran.
2)       Landasan ilmu-ilmu;
Ilmu-ilmu empiris hendaknya melakukan penelitian mengenai landasannya dan mencapai sukses seperti halnya landasan matematika.[14]
3)       Ontologi.
Persoalan utama yang diperbincangkan ialah menyangkut konsep substansi, proses, waktu, ruang, kausalitas, hubungan budi dan materi, serta status dari entitas teoretis.[15]
b)       Victor Lenzen;
Filsuf ini mengajukan dua problem:
1)        Struktur ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah;
2)       Pentingnya ilmu bagi praktik dan pengetahuan tentang realitas.
c)         The Liang Gie.
Berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari filsafat seumumnya, problem dalam filsafat ilmu secara sistematis juga dapat digolongkan menjadi enam kelompok sesuai dengan cabang pokok filsafat. Dengan demikian, seluruh problem dalam filsafat ilmu dapat diterbitkan menjadi:
1)   Problem epistemologis tentang ilmu;
2)  Problem metafisis tentang ilmu;
3)  Problem metodologis tentang ilmu;
4)  Problem logis tentang ilmu;
5)   Problem etis tentang ilmu;
6)  Problem estetetis tentang ilmu.[16]

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berpikir filsafati berarti berpikir untuk menemukan kebenaran secara tuntas. Analisis filsafati tentang hakekat ilmu harus ditekankan kepada upaya keilmuan dalam mencari kebenaran, yang selanjutnya terkait secara erat dengan dengan aspek-aspek moral, seperti kejujuran.
Dengan mengetahui ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas “sifat pengetahuan ilmiah”. Yang kedua, yaitu menelaah “cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah”.
Sehingga filsafat ilmu mempunyai wilayah lebih luas dan perhatian lebih transenden daripada ilmu-ilmu. Maka dari itu filsafat pun mempunyai wilayah lebih luas daripada penyelidikan tentang cara kerja ilmu-ilmu. Filsafat ilmu bertugas meneliti hakekat ilmu. Diantaranya paham tentang kepastian, kebenaran, dan objektifitas.
Filsafat ilmu harus merupakan pengetahuan tentang ilmu yang didekati secara filsafati dengan tujuan untuk lebih memfungsionalkan wujud keilmuan baik secara moral, intelektual, maupun sosial. filsafat ilmu bersinggungan dengan bagian-bagian filsafat sistematik lainnya, seperti ontologi (ciri-ciri susunan kenyataan), filsafat pengetahuan (hakikat serta otensitas pengetahuan), logika (penyimpulan yang benar), metodologi (konsep metode), dan filsafat kesusilaan (nilai-nilai serta tanggungjawab).


B.      Saran
1.       Seseorang yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuwan memiliki landasan berpijak yang kuat. Ini berarti ilmuwan sosial perlu mempelajari ilmu-ilmu kealaman secara garis besar, demikian pula seorang ahli ilmu kealaman perlu memahami dan mengetahui secara garis besar tentang ilmu-ilmu sosial.
2.      Seorang ilmuwan diharapkan sadar agar tidak terjebak ke dalam pola piker “menara gading”, yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya.



DAFTAR PUSTAKA


Halim, Abdul. 2001. Teologi Islam Rasional, Apresiasi Terhadap Wacana dan Praksis Harun Nasution. Ciputat. Jakarta.

https://salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu/

Melsen, Van. 1985. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita Terjemahan K. Bertens, Judul Asli Wetenschap en Verantwoordelijkkheid. Jakarta: Gramedia.

Mustansyir, Rizal dkk. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surajiyo. 2013. Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Suriasumantri, Jujun S. 2013. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

The Liang Gie. 2000. Pengantar Filsafat Ilmu Edisi Kedua Cetakan Kelima (Diperbarui). Yogyakarta: Liberty.

Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM. 2007. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.


[1] Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Aditama:2009) hal.128
[2] https://salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu/diakses jumat, 1 April 2016
[3] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 2013), hal.273
[4] Abdul Halim, Teologi Islam Rasional, Apresiasi Terhadap Wacana dan Praksis Harun Nasution. (Ciputat. Jakarta. 2001), hal. 19
[5] Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007) hal. 17
[6] Surajiyo, Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 45
[7] Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, hal. 44
[8] Surajiyo, Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia,…, hal. 46
[9] Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Hal.24
[10] Surajiyo, Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia,…, hal. 47
[11] Rizal Mustansyir, dkk, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal. 15
[12] Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007) hal. 53
[13] Van Melsen,  Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita Terjemahan K. Bertens, Judul Asli Wetenschap en Verantwoordelijkkhei, (Jakarta: Gramedia, 1985), hal. 123-4
[14] Surajiyo, Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 50-51
[15] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Diperbarui), (Yogyakarta: Liberty, 2000), hal. 78-79
[16] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu…, hal. 79